Posts

Showing posts from 2019

PELBAGAI KENIKMATAN SYURGA

Kenikmatan Syurga بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 1. Sifat Orang Yang Bertakwa Allah  Subhanahu wata’ala  mensifatkan dalam Al-Qur’an ciri-ciri orang yang beriman:      تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. “.  (QS. As Sajadah: 16-17). Yang dimaksudkan adalah balasan surga bagi orang – orang yang bertakwa dan beriman kepadanya, Allah  Subhanahu wata’ala  berfirman: تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang

MALAS (FUTUR) PENYAKIT BERUNSUR MAKSIAT

Futur adalah kemalasan dan berleha-leha setelah semangat dan giat. Tidak diragukan lagi, hal itu merupakan penyakit pada diri seseorang pada suatu waktu. Baik dalam masalah agama atau urusan dunia. Hal itu merupakan tabiat yang Allah telah ciptakan. Setiap orang muslim –bahkan setiap manusia- di dapatkan pada dirinya semangat dalam beribadah, berakhlak nan mulia dan (semangat) dalam mencari ilmu dan berdakwah. Kemudian setelah berjalan beberapa waktu, ditimpa kemalasan. Sehingga semangatnya melemah untuk melakukan kebaikan yang telah dilakukannya beralih pada kemalasan dan  ingin istirahat. Setiap orang sesuai dengan kemalasannya akan diperhitungkan. Barangsiapa yang ketika malas sampai meninggalkan kewajiban dan jatuh ke sesuatu yang diharamkan, maka dia dalam bahaya besar. Maka kemalasannya menjadi suatu kemaksiatan, harus dikhawatirkan sampai pada suul khatimah. Kami momohon kepada Allah kebaikan. Sedangkan jika malas melaksanakan keutaman dan sunnah, tapi  dia tetap menjaga ke

HARI NAHAR DAN HARI QARR

Amalan di Hari Tasyrik Oleh: Ustaz Ammi Nur Bait Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah, wa ba’du Pengertian Hari Tasyrik Istilah  tasyrik  diambil dari kata [شرقت الشمش] yang artinya matahari terbit. Menjemur sesuatu, dalam bahasa Arab dinyatakan: [شَرَّقَ الشَيْءَ لِلشَّمْشِ]. Hari  tasyrik  adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Ada juga yang menyatakan, bahwa hari  tasyrik  meliputi empat hari, hari Idul Adha dan 3 hari setelahnya. Abu Ubaid mengatakan: Ada dua pendapat ulama tentang alasan penamaan hari-hari tersebut dengan hari  tasyrik :  Pertama , dinamakan hari  tasyrik  karena kaum muslimin pada hari itu menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng.  Kedua , karena kegiatan berqurban, tidak dilakukan, kecuali setelah terbit matahari. ( Lisanul Arab , 10:173).  Keutamaan Hari  Tasyrik Allah berfirman, وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ “ Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang .” (QS. Al-Baqarah: 203). Yang dimaksud dengan “hari-hari yang

PERINTAH ALLAH SELEPAS IBADAH HAJI

Image
Tafsir Ibnu Kathir Al Baqarah, 2:200-202( Madaniyyah;  2 : 286 ayat) Bermaksud: "Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo’a: ‘Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia,’ dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS. Al-Baqarah: 200) Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah: 201) Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 202) Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar menyuruh banyak berdzikir kepada-Nva seusai amalan manasik haji. Dan firman-Nya: kadzikrikum aabaa-akum (“Sebagaimana kamu menyebut-nyebut [membangga-banggakan

Amalan Ketika Pulang Dari Haji

Image
Adakah tuntunan Rasulullah membaca doa setelah pulang haji sebelum memasuki rumah? Adakah disunnahkan sholat dua rakaat di Masjid kembali dari safar?   Secara umum, adab dan doa ketika pulang haji, sama dengan adab dan doa ketika pulang safar. Lebih lengkapnya seperti berikut: Pertama , Segera pulang jika telah selesai semua urusan Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu,  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ “Safar itu bagian dari azab (melelahkan), menghalangi salah seorang untuk makan, minum, dan tidur dengan nyaman. Justeru itu, apabila kalian telah menyelesaikan urusannya, bersegeralah pulang menemui keluarganya.”  (HR. Bukhari 1804 & Muslim 1927) Kedua , Memberi tahu keluarga Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلًا وَكَانَ يَأْتِيهِمْ غُدْ

AMALAN BERPAHALA HAJI DAN UMRAH

Image
OLEH: Ustaz Ammi Nur Bais Amalan Berpahala Haji Apakah benar ada amalan tertentu yang pahalanya setara dengan haji dan umrah? Suatu ketika datang serombongan sahabat yang miskin mengadap Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka mengadukan persaingan amal dengan sahabat yang kaya. Bukan kerana hasad terhadap dunia, namun kerana keinginan untuk mendapatkan pahala yang sama. Di antara sahabat yang kurang mampu itu adalah Abu Dzar  radhiyallahu ‘anhu , beliau mengadukan, يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَصْحَابُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَلَهُمْ فُضُولُ أَمْوَالٍ يَتَصَدَّقُونَ بِهَا، وَلَيْسَ لَنَا مَالٌ نَتَصَدَّقُ بِه Ya Rasulullah, para pemilik kekayaan memborong pahala. Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, namun mereka memiliki kelebihan harta, yang membolehkan mereka bersedekah. Sementara kami tidak memiliki harta untuk bersedekah. Kita lihat, bagaimana sabda Nabi  shallallahu ‘alaihi w

10 NAJIS DIMAAFKAN

10 NAJIS DIMAAFKAN Islam adalah agama yang memiliki prinsip pentingnya memelihara kebersihan. Betapa tidak, paling miniman lima kali sehari umat muslim wajib membersihkan diri dari segala bentuk najis yang terdapat di baju, badan dan tempatnya sebelum melaksanakan shalat. Lebih dari itu, setiap muslim juga wajib menghilangkan najis dan menjaga dari terkena najis sepanjang masa.  Namun, ada sebahagian bentuk najis yang sulit dihilangkan dan dihindari. Oleh kerana itu, di dalam Islam ada rukhsanya (konsep kemudahan dan tidak memberatkan), maka ulama ahli fiqh mengeluarkan fatwanya tentang macam-macam najis yang dimaafkan. Ini boleh dirujuk dalam kitab  Alfiqh Almanhaji Ala Madzhab  Al Imam Al Syafi’i oleh Dr. Mustafa al Khan, Dr Mustafa al Bagha dan Ali Assyibiji, sebagaimana berikut: 1) Percikan air kencing yang telah menyebar dan tidak dapat dilihat dengan penglihatan yang normal yang mengenai baju atau badan. Baik berupa najis  mughalladhah  (sebab jilatan anjing), najis  mukhaffafah

PERINTAH BERTAKWA DAN MENCARI BEKALAN HARI AKHIRAT

Tafsir Surat Al-Hasyr, ayat 18-20 {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) } Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok  (akhirat),  dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni'surga itulah orang-orang yang beruntung. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu